Monday, June 25, 2007

* Mengenang Syekh Yasin al-Fadani

Syekh Muhammad Yasin Bin Muhammad Isa Al-Fadani lahir di kota Mekah pada tahun 1915 dan wafat pada tahun 1990. beliau adalah ulama besar yang pernah sekolah di Madrasah Shaulatiyyah. Beliau adalah pencetus ide berdirinya Madrasah Darul-Ulũm sekaligus menjadi murid pertama madrasah itu.



Konon sebab tercetusnya ide membangun Madrasah tersebut disebabkan karena tindakan dan perlakuan direktur Madrasah Shaulatiyyah yang sangat menyinggung (hususnya) pelajar yang kebanyakan dari Asia Tenggara saat itu. Hal ini terbukti dengan berpindahnya 120 orang pelajar dari Shaulatiyyah ke Madrasah Darul-Ulum yang baru didirikan. Ini hampir tidak pernah dialami oleh Madrasah-madrasah yang baru dibuka mendapat murid yang begitu banyak sebagaimana Darul-Ulũm.



Dalam sebuah situs(1) dinyatakan bahwa pada tahun 1934, karena suatu konflik yang menyangkut kebanggaan nasional orang Indonesia, guru dan murid 'Jawah' telah keluar dari Shaulatiyah dan mendirikan madrasah Darul Ulum di Makkah.



Mengenai kesehari-harian beliau, dari cerita yang saya dengar dari ayah saya, yaitu Ustaz Sukarnawadi H. Husnuddu’at: “Syekh Yasin orangnya santai, sederhana, tidak menampakkan diri, sering muncul menggunakan kaos biasa, sarung, dan sering nongkrong di "Gahwaji" untuk Nyisyah (menghisap rokok arab)… tak seorangpun yang berani mencela beliau karena kekayaan ilmu yang beliau miliki… Yang ingkar kepada beliau hanyalah orang-orang yang lebih mengutamakan tampang zahir daripada yang bathin…





PUJIAN PARA ULAMA:


Syekh Zakaria Abdullah Bila teman dekat pendiri Nahdlatul Wathan yaitu Syekh M. Zainuddin pernah berkata, “waktu saya mengajar Qawa’idul-Fiqhi di Shaulatiyyah, seringkali mendapat kesulitan yang memaksa saya membolak balik kitab-kitab yang besar untuk memecahkan kesulitan tersebut. Namun setelah terbit kitab Al-Fawa’idul-Janiah karangan Syekh Yasin... menjadi mudahlah semua itu, dan ringanlah beban dalam mengajar.



Seorang ahli Hadits bernama Sayyid Abdul Aziz Al-Qumari pernah memuji dan menjuluki beliau sebagai kebanggaan Ulama Haramain dan sebagai Muhaddits.



Doctor Abdul Wahhab bin Abu Sulaiman (Dosen Dirasatul ‘Ulya Universitas Ummul Qura) di dalam kitab: الجواهر الثمينة في بيان أدلة عالم المدينة berkata: Syekh Yasin adalah Muhaddits, Faqih, Mudir Madrasah Darul-Ulum, pengarang banyak kitab dan salah satu Ulama Masjid Al-Haram...




Syekh Umar Abdul-Jabbar berkata didalam surat kabar Al-Bilad (jumat 24 Dzulqaidah 1379H/ 1960M): “...bahkan yang terbesar dari amal bakti Syekh Yasin adalah membuka madrasah putri pada tahun 1362H. Dimana dalam perjalanannya selalu ada rintangan, namun beliau dapat mengatasinya dengan penuh kesabaran dan ketabahan…



Assayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Ahdal sebagai Mufti negeri Murawah Yaman saat itu, mengarang sebuah syiir yang panjang husus untuk memuji Syekh Yasin Al-Fadani Berikut saya nukilkan satu bait saja yang berbunyi:



أنت في العلم والمعاني فريد...... وبعقد الفخار أنت الوحيد



“Engkau tak ada taranya dalam ilmu dan hakekat, Dibangun orang kejayaan kaulah satu-satunya yang jaya”



Doctor Yusuf Abdurrazzaq sebagai dosen kuliah Ushuluddin Universitas Al-Azhar cairo juga memuji beliau dengan perkataan dan syiir yang panjang, saya nukilkan satu bait saja yang bunyinya:



أنت فينا بقية من كرام......لا ترى العين مثلهم إنسانا



“Engkau di tengah kami orang terpilih dari orang terhormat, tak pernah mata melihat manusia seumpama mereka.”



Ustaz Fadhal bin M. bin Iwadh Attarimi-pun berkata:



فيا طالب العلم لب نداء......ياسين وافرح بهذا القرى



“Wahai pencari ilmu sambutlah panggilan Yasin, bergembiralah dengan sajian yang ia sajikan,”



Doctor Ali Jum’ah yang menjabat sebagai Mufti Mesir dalam kitab Hasyiah Al-Imam Al-Baijuri Ala Jauharatittauhid yang ditahqiqnya, pada halaman 8 mengaku pernah menerima Ijazah Sanad Hadits Hasyiah tersebut dari Syekh Yasin yang digelarinya sebagai مسند الدنيا Musnid Addunia…



Al-Habib Assayyid Segaf bin Muhammad Assagaf seorang tokoh pendidik di Hadramaut (pada tahun 1373H) menceritakan kekaguman beliau terhadap Syekh Yasin, dan menjulukinya sabagai "Sayuthiyyu Zamanihi". Beliau juga mengarang sebuah syiir untuk memuji beliau, berikut saya nukilkan dua bait saja yang bunyinya sebagai berikut:




لله درك يا ياسين من رجل......أم القرى أنت قاضيها ومفتيها


في كل فن وموضوع لقد كتبا ......يداك ما أثلج الألباب يحديها



“Bagus perbuatanmu hai Yasin engkau seorang tokoh,


dari Ummul Qura engkau Qhadi dan Muftinya.”


“Setiap pandan judul ilmu tertulis dengan dua tanganmu,


Alangkah sejuknya akal pikiran rasa terhibur olehnya.”



Assayyid Alawi bin Abbas Al-Maliki sebagai guru Madrasah Al-Falah dan Masjid Al-Haram, Syekh M. Mamduh Al-Mishri dan Al-Habib Ali bin Syekh Balfaqih Siun Hadramaut dan Ulama lainnya, pernah memuji karangan-karangan beliau…



Doctor Yahya Al-Gautsani bercerita, pernah ia menghadiri majlis Syekh Yasin untuk mengkhatam Sunan Abu Daud. Ketika itu hadir pula Muhaddits Al-Magrib Syekh Sayyid Abdullah bin Asshiddiq Al-Gumari dan Syekh Abdussubhan Al-Barmawi dan Syekh Abdul-Fattah Rawah.




H.M.Abrar Dahlan berkata: “yang membuat beliau lepas dari sorotan publikasi ialah karena ia telah menjadi lambang Ulama Saudi yang “bukan Wahabi” yang tersisa di Makkah. Walaupun begitu ia diakui juga oleh ulama Wahabi sebagai Ulama yang bersih dan tidak pernah menyerang kaum Wahabi… Seorang tokoh agama Najid dari Ibukota Riyadh (Pusat Paham Wahabi) yaitu Jasim bin Sulaiman Addausari pada tahun 1406H pernah berkata:



أبلغوا مني سلاما من صبا نجد......ذكيالأبي الفيض فداني


مسند الوقت بعيد عن نزول......هابط أما لما يعلو فداني


فدى أسر الروايات فلوتنطق......لقالت: علم الدين فداني







KARYA TULIS & MURID-MURID BELIAU:


Jumlah karya beliau mencapai 97 Kitab, di antaranya 9 kitab tentang Ilmu Hadits, 25 kitab tentang Ilmu dan Ushul fiqih, 36 buku tentang ilmu Falak, dan sisanya tentang Ilmu-ilmu yang lain… di antara karangan beliau adalah: al-Arba'un al-Buldaniyyah, al-Arba'un Haditsan Min Arba'ina Kitaban An Arba'ina Syaikhan, Bulug al-Amani, Arraudh al-Fatih, dan lain-lain...



Di antara murid-murid yang pernah berguru dan mengambil Ijazah sanad-sanad Hadits dari beliau adalah Al-Habib Umar bin Muhammad (Yaman), Syekh M. Ali Asshabuni (Syam), Doctor M. Hasan Addimasyqi, Syekh Isma’il Zain Alyamani, Doctor Ali Jum’ah (Mesir), Syekh Hasan Qathirji, Tuan Guru H. M. Zaini Abdul-Ghani (Kalimantan) dll…


Dan di antara murid-murid beliau yang di samping mengambil Sanad Hadits, mendapatkan Ijazah ‘Ammah dan Khasshah, juga diberi izin untuk mengajar di Madrasah Darul-Ulum adalah: H. Sayyid Hamid Al-Kaff, Dr. Muslim Nasution, H.Ahmad Damanhuri, H.M.Yusuf Hasyim, H.M. Abrar Dahlan, Dr. Sayyid Aqil Husain Al Munawwar, Ayah saya sendiri yaitu Ustaz Sukarnawadi KH. Husnuddu’at dll...



Ayah saya pernah bercerita, seseorang bernama H.Abdul-Aziz asal Jeruwaru Lombok NTB pernah mendatangi Syekh Yasin untuk meminta bai’at, izin serta restu untuk menjadi Mursyid Thariqat Naqsyabandiyyah… ketika itu Syekh Yasin memberi satu syarat, yaitu, ayah saya harus turut dibai’at, karena ayah saya di samping menjadi Guru yang lama mengajar di Madrasah Darul-Ulum, (dari tahun 1978 sampai 1990) juga sebagai salah satu dari sekian murid yang selalu diberikan bimbingan dan perhatian khusus… maka yang mendapat izin dari beliau untuk menjadi Mursyid Thariqat Naqsyabandiyyah yang berasal dari Lombok saat itu hanyalah Ayah saya dan H.Abdul Aziz...



Ayah saya sebagai warga, bahkan tokoh NW (ketika pulang ke lombok) menceritakan hal itu kepada pendiri Nahdlatul Wathan, yaitu Syekh M. Zainuddin, dan beliaupun tidak mengingkari hal tersebut, bahkan beliau merestui, memberikan Ijazah dan doa yang khusus serta harapan agar di samping itu tetap berjuang membela NW…







KEKERAMATAN BELIAU:


Seseorang bernama Zakariyya Thalib asal Syiria pernah mendatangi rumah Syekh Yasin Pada hari jumat. Ketika Azan jumat dikumandangkan, Syekh Yasin masih saja di rumah, ahirnya Zakariyya keluar dan solat di masjid terdekat. Seusai solat jum’at, ia menemui seorang kawan, Zakariyyapun bercerita pada temannya bahwa Syekh Yasin ra. tidak solat Jum’at. Namun dibantah oleh temannya karena kata temannya, “kami sama-sama Syekh solat di Nuzhah, yaitu di Masjid Syekh Hasan Massyat ra. yang jaraknya jauh sekali dari rumah beliau”…



H.M.Abrar Dahlan bercerita, suatu hari Syekh Yasin pernah menyuruh saya membikin Syai (teh) dan Syesah (yang biasa diisap dengan tembakaudari buah-buahan/rokok teradisi bangsa arab). Setalah saya bikinkan dan syekh mulai meminum teh, saya keluar menuju Masjidil-Haram. Ketika kembali, saya melihat Syekh Yasin baru pulang mengajar dari Masjid Al-Haram dengan membawa beberapa kitab… saya menjadi heran, anehnya tadi di rumah menyuruh saya bikin teh, sekarang beliau baru pulang dari masjid.



Dikisahkan ketika K.H.Abdul Hamid di Jakarta sedang mengajar dalam ilmu fiqih “bab diyat”, beliau menemukan kesulitan dalam suatu hal sehingga pengajian terhenti karenanya… malam hari itu juga, beliau menerima sepucuk surat dari Syekh Yasin, ternyata isi surat itu adalah jawaban kesulitan yang dihadapinya. Iapun merasa heran, dari mana Syekh Yasin tahu…? Sedangkan K.H.Abdul Hamid sendiri tidak pernah menanyakan kepada siapapun tentang kesulitan ini..!


Ketika ayah saya tamat Darul-Uulum (Aliah), beliau dilarang oleh Syekh Yasin untuk melanjutkan studinya di Universitas manapun, ayah saya diperintahkan untuk mengabdi di Darul-Ulum. Sedangkan mata pelajaran yang pernah dipegang oleh ayah saya sejak tahun 1978 hingga 1990 adalah Hadits, Fiqih, Tauhid, Tarikh dan Geografi. Di samping itu Syekh Yasin pernah berdo’a untuk ayah saya agar menjadi seorang penulis… kekeramatan do’a beliau dapat dirasakan sendiri oleh ayah saya. Walaupun sibuk dalam pekerjaannya sebagai guru dan pegawai di kantor, namun beliau selalu menyempatkan diri untuk menulis. Dan kini tulisan beliau sudah mencapai 24 judul. Yang sudah dicetak sampai saat ini baru 12 judul saja… Ayah saya berkata pada saya, “ini berkat do’a restu Syekh Yasin dan Syekh Zainuddin” Oleh karena itu Ayah saya berpesan agar kami di Mesir, juga mencari seorang guru yang benar-benar pewaris Nabi, agar mendapatkan barokah do’a restu serta barokah ilmunya...



H.Mukhtaruddin asal Palembang bercerita, pernah ketika pak Soeharto sedang sakit mata, beliau mengirim satu pesawat khusus untuk menjemput Syekh Yasin. Ahirnya pak Soehartopun sembuh berkat do’a beliau. Kisah ini selanjutnya didengar sendiri oleh ayah saya dari Syekh Yasin.



Semoga Allah swt. merahmati beliau, amin ya Rabbal-Alamin….


________________________________________________________



(*)Ayahanda Ustaz Sukarnawadi H.Husnuddu’at dan buku “Riwayat Singkat” karangan H.M.Abrar Dahlan adalah rujukan utama saya dalam penulisan ini...


(*)Penulis pernah sekolah selama satu tahun di kelas 1 Madrasah Ibtida’iyyah Darul-Ulum Makkah, kemudian pindah ke Madrasah Syua’ul-Ma’rifah Aziziyyah Makkah…


(1)


http://www.let.uu.nl/~Martin.vanBruinessen/personal/publications/mencari_ilmu_dan_pahala.htm




Friday, June 22, 2007

* Foto-foto Langka Dari Tanah Suci Mekah


foto rumah kediaman Rasulullah SAW

yang lagi dihancurin orang-orang yang gak berperasaan!

Ruang tamu dalam rumah Rasulullah SAW

Jalan menuju arah kamar Nabi SAW

Mushalla dalam rumah Nabi SAW

Lingkaran berwarna putih itu menunjukkan

tempat lahirnya Sayyidah Fathimah RA

Kamar Nabi SAW dan Sayyidah Khadijah RA

Rumah Sayyidah Khadijah RA sebelum dihancurkan

Maqam Sayyidah Khadijah RA (sebelum dihancurkan)Maqam Sayyidah Khadijah RA (sekarang)Ka'bah sebelum dibuatkan Kiswah (kelambu)Pintu Gerbang Menuju Bukit ShafaBukit ShafaBukit MarwahMaqam Telapak Kaki Sayyiduna Ibrahim ASPintu Ka'bahtawaf kabah musim haji tahun 1372 HMasjid al-Haram sebelum lantainya dikeramikSolat berjamaah sampai di luar Masjid 1952 M.Masjid al-Haram ketika lantainya baru dikeramik
kira-kira tahun 1417 H.Pergantian Kiswah Ka'bah

Penjagaan Ketat karena para pejabat memasuki Ka'bahKa'bah dari dalam (bayangan)

Kabah dari dalam (foto terbaru)Foto Masjid al-Haram diambil dari satelit

Tuesday, June 19, 2007

* kata-kata "Radhiyallahu Anhu" Untuk Siapa?!


Saya masih teringat ajaran guru saya di Madrasah Syua'ul Ma'rifah Makkah bahwa kata-kata RA (Radhiyallahu Anhu) itu adalah gelar yang hanya diucapkan untuk para sahabat saja, dan SAW (Shallallahu Alaihi Wasallam) hanya untuk Sayyiduna Muhammad SAW, dan AS (Alaihis-Salam) hanya untuk para Nabi sebelum Rasulullah SAW. Sementara untuk para ulama, cukup bagi mereka ucapan "Hafizahullah" atau "Rahimahullah".

Perlu diketahui bahwa saya dan mungkin beberapa pembaca pernah menyaksikan rekaman video Doctor Ali Jum’ah (yang kini menjabat sebagai Mufti Mesir) setelah mensyarah kitab Al-Hikam karangan Syekh Ahmad Ibnu Atha’illah Assakandari RA di masjid al-Azhar, beliau ditanya beberapa pertanyaan… di antara pertanyaan-pertanyaan itu adalah: "mengapa beliau (Doctor Ali Jum’ah) mengucap Radhiallahu Anhu kepada Sidi Ibnu Atha’illah Assakandari RA…?".

Ketika itu Doctor Ali Jum’ah menjawab: “itu karena beliau telah berjasa mengajarkan kita melalui karangannya, yaitu kitab Al-Hikam… maka untuk memberikan haknya (membalas jasanya), haruslah kita mendoakan beliau semoga Allah meridhoi beliau”…

Pertanyaan yang serupa pernah juga ditujukan kepada Maulanassyekh Mukhtar RA. beliau memberikan jawaban yang singkat dan padat, yaitu: bukankah Allah SWT telah berfirman:

(رضي الله عنهم ورضواعنه ذلك لمن خشي ربه)

"Allah telah meridhoi mereka dan merekapun redha atas ketentuan Allah, hal yang demikian itu hanya untuk orang yang Khasyiah (takut) kepada Tuhannya…!"

Ketahuilah bahwa yang dimaksud dengan rasa takut dalam ayat tersebut bukanlah takut yang dialami oleh orang-orang awam. Buktinya, Allah berfirman:

(إنما يخشى الله من عباده العلماء)

"Sesungguhya yang paling takut kepada Allah di antara para hamba-Nya hanyalah para ‘ulama..."

Selain para sahabat, boleh juga kita mengucap رضي الله عنه kepada para ulama, dan sesungguhnya kita mengucap kata-kata Radhiallahu Anhu kepada para sahabat bukan saja karena setatus mereka sebagai sahabat, akan tetapi juga kerena mereka adalah ulama. Tentu ulama yang dimaksudkan itu bukanlah ulama dari tampang zahirnya saja, akan tetapi yang memenuhi empat keriteria seorang Alim sesungguhnya (Wali-Mursyid)…

Semoga dengan dua jawaban di atas tadi, hati kita tenang dalam merngucap kata-kata Radhiallahu Anhu kepada para sahabat dan para wali (yang benar-benar wali), demi mendapat pahala Husnul-Adab terhadap mereka, amin.

Tapi… timbul lagi satu pertanyaan lainnya, yaitu, “apa aja sich empat keriteria yang jika dipenuhi oleh seseorang maka ia mendapat gelar Wali Mursyid…?!”

TO BE CONTINUED

أقول قول شيخي هذا وأستغفر الله لي وللجميع

Monday, June 18, 2007

* Memohon Kepada Nabi/Wali

Sebelumnya saya ingin mendatangkan beberapa contah Tawassul dalam bentuk memohon langsung kepada para nabi dan para wali sebagai berikut:

PERTAMA: Pengikut Tarekat Syazuliyyah telah mengarang sebuah Qasidah yang selanjutnya dinyanyikan oleh M.Munir dengan judul مدد يا رسول الله, atau “Give Me Strength O’ Messenger Of Allah”, atau “Bantulah Aku Wahai Rasulullah”. Lirik lagu ini bukan hanya memohon bantuan kepada Rasulullah, akan tetapi juga kepada Sidi Abul-Hasan Assyazili RA dan Sidna al-Husain RA. Pabila anda ingin mendengarkan lagu tersebut, kelik alamat berikut: http://www.youtube.com/watch?v=hG2m626N_YI

KEDUA:Dalam Tarekat Tijaniyyah terdapat sebuah Qasidah yang dijadikan sebagai tawassul oleh para murid, bunyinya sebagai berikut:


يا أحمد التيجاني يا غياث القلوب...أما ترى ما نحن فيه من كروب

Artinya kira-kira: “Wahai Ahmad Attijani wahai penolong hati, tidakkah engkau melihat musibah yang menimpa kami…”

KETIGA: Dalam kitab Bahjatul-Asrar dinukilkan bahwa Sidi Abdul-Qadir Al-Jailani RA berkata, “barang siapa memanggil namaku di saat ia susah, maka aku akan menghilangkan kesusahannya, dan barangsiapa bertawasul kepadaku maka aku akan memenuhi hajatnya.” Oleh karena itu dalam Tarekat Qadiriyyah diajarkan kepada para murid yang hendak memohon langsung kepada Sayyidi Abdul-Qadir al-Jailani RA untuk melakukan solat hajat dua rakaat pada malam selasa, kemudian ada sebelas (11) permohonan yang harus dibaca, yang kesebelas bunyinya sebagai berikut:

يا سيد السادات عبد القادر محيي الدين أغثني بإذن الله وامددني في قضاء حوائجي

Artinya kira-kira: “Wahai tuanku Abdul-Qadir sang penghidup Agama, tolonglah aku dengan izin Allah dan bantulah aku dalam memenuhi semua hajatku…”

KEEMPAT: Umumnya para sufi sejak dahulu jika ditimpa musibah, mereka memperbanyak selawat dengan lafaz sebagai berikut:

صلى الله وسلم عليك يا سيدي يا رسول الله قد ضاقت حيلتي وأنت وسيلتي ادركني يا رسول الله

Artinya kira-kira: “Selawat dan salam atasmu wahai tuanku Rasulullah, telah sempit keadaanku dan sesungguhnya engkaulah wasilahku (perantara antara aku dengan Allah SWT) bantulah aku wahai Rasulullah…” Selawat tersebut bisa disingkat dengan:

صلى الله وسلم عليك يا رسول الله ادركني

KELIMA: Dalam Tarekat Mirganiyyah terdapat kasidah yang mengandung permohonan kepada Rasulullah SAW. Bunyinya sebagai berikut:

رسول الله اشكو الحال حقا...إليك ومن يغيث سواك ضري

Artinya kira-kira: “Wahai Rasulullah, saya mengadukan keadaanku yang sesungguhnya, kepadamu dan kepada siapa saja selainmu yang dapat menghilangkan kesusahanku…”

KEENAM: Saya pernah mendengar rekaman sebuah kasidah yang biasa dilantunan oleh para sufi di Yaman, bunyinya sebagai berikut:

مريدي توسل ولذ بإسمنا...وقل يا عمر لتنال القبول

دنيا وأخرى تنال الهنا... تلقى الغنا والمنى والوصول

Artinya kira-kira: “wahai muridku bertawassul-lah dengan menyebut nama kami, dan katakanlah (wahai Umar) agar engkau diterima… di dunia aherat engkau mendapatkan kesenangan, memperoleh kekayaan dan sampai ke tujuan…”

KETUJUH: Dalam kitab al-Jawahir terdapat ucapan Sidi Ahmad Arrifa’I pendiri tarekat “Rifa’iyyah” yang berbunyi:

فالجأ بأعتاب عزتي وألتمس مددي...وطف ببابي وقف مستمطراً نعمي

Artinya kira-kira: “jadikanlah keagunganku dan pertolonganku sebagai harapanmu, dan tawaflah di pintuku dan harapkan nikmat dariku…”

DALIL DIBOLEHKANNYA MEMINTA LANGSUNG

KEPADA WALI-WALI ALLAH

Orang-orang yang mengingkari istilah tawassul apalagi memohon langsung dari Waliyullah biasanya berdalil menggunakan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi: وإذا استعنت فاستعن بالله yang artinya “dan jika engkau hendak meminta tolong maka minta tolonglah kepada Allah SWT…”

Maka kita bisa membantah faham kelirunya menggunakan beberapa dalil sebagai berikut:

PERTAMA: Ibnussuni dan Atthabrani mentakhrij sebuah hadits dalam kitab Al-Kabir dari Sayyiduna ‘Utbah bin Gazwan RA. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “barangsiapa kehilangan sesuatu di padang yang luas, atau barangsiapa memerlukan pertolongan sementara dia berada di tempat yang tiada seorangpun, maka hendaklah ia berkata: wahai hamba-hamba Allah tolonglah aku, wahai hamba-hamba Allah tolonglah aku, sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang tidak terlihat.

KEDUA: Ibnu Muflih al-Hanbali dalam kitabnya al-Adab Assyar’iyyah seteleh menyebut hadits tersebut di atas, beliau berkata: Abdullah bin Imam Ahmad bin Hanbal berkata: saya mendengar dari ayahku ia berkata: “saya telah melakukan ibadah haji sebanyak lima kali, kemudian saya tersesat jalan, maka aku berkata: wahai hamba-hamba Allah, tunjuki aku jalan yang benar. Saya mengulangi kata-kata itu hingga aku menemukan jalannya.”

KETIGA: Dalam Sahih Bukhari kitab al-Gusl dikisahkan bahwa Nabi Musa AS ketika sedang mandi, dan pakaian beliau diletakkan di atas batu, tiba-tiba batu itu berlari membawa pakaian beliau. Maka Nabi Musa AS mengejarnya dan memanggilnya seraya berkata: kembalikan pakaianku wahai batu…!” Tentu tidak ada yang berani menuduh Nabi Musa AS telah berlaku syirik karena meminta kepada batu dan tidak meminta bantuan dari Allah SWT.

KEEMPAT: Seusai perang Badar, Rasulullah mendatangi mayat-mayat kaum kafir dan memanggil nama mereka satu persatu seraya bersabda, “apakah kalian telah memperoleh apa yang Allah janjikan kepadamu? Sesungguhnya aku telah memperoleh apa yang Allah janjikan kepadaku!” Para sahabat bertanya, “apakah engkau berbicara dengan orang-orang yang sudah mati?” Rasulullah menjawab, “sesungguhnya pendengaran mereka melebihi pendengaran kalian.” Apakah Rasulullah dikatakan musyrik karena memanggil nama orang-orang kafir yang sudah mati? Kalau orang kafir saja bisa mendengar, apalagi orang yang muslim yang wali. Kalau Nabi saja melakukan hal demikian, maka tiada dosa bagi orang yang memanggil nama Rasulullah dan meminta bantuan dari beliau.

KELIMA: Maulanassyekh Mukhtar RA pernah berkata, “orang yang meminta bantuan dari Rasulullah atau seorang wali, sama halnya dengan orang yang bergantung kepada ayahya, ia tidak meragukan bahwa Harta dan Rizki itu datangnya dari Allah SWT, akan tetapi ketika ia meminta Harta dan Rizki itu langsung dari ayahnya maka ia tidak berlaku syirik. Walaupun dia meminta dari Rasulullah/ayahnya, pada hakekatnya ia meminta langsung dari Allah, dan Rasulullah/ayahnya hanya sebagai wasilah/perantara saja…”

KEENAM: Maulanassyekh Mukhtar RA juga mengatakan bahwa di antara "Musykilah" ummat Islam adalah meng-umum-kan yang sifatnya Khusus تعميم الخاص maka sesungguhnya hadits "jika engkau hendak meminta pertolongan, maka minta tolonglah kepada Allah..." bukan ditujukan kepada orang-orang awam, akan tetapi ditujukan kepada Sayyiduna Ibnu Abbas RA, dengan kata lain, orang-orang tertentu... kalau kita fahami hadits ini secara sempit, maka kita akan menyalahkan orang yang meminta perlindungan dari aparat keamanan, menyalahkan orang yang meminta bantuan kepada sesama manusia karena tersesat jalan, dan sebagainya...

* Syekh Jalaluddin Arrumi RA

Syekh Jalaluddin Arrumi RA yang silsilah nasabnya bersambung sampai Sayyiduna Abu Bakr Asshiddiq RA adalah pendiri tarekat "Maulawiyyah". Tarekat yang tersebar luas di Turkia, Palestina dan Syiria ini terkenal dengan zikirnya yang diiringi musik dan tarian yang berbentuk lingkaran.


Telah tersebar foto maqam yang anda saksikan di samping ini, dan foto ini disangka oleh banyak orang, adalah maqam Rasulullah SAW yang berada di Masjid Nabawi, padahal ini adalah foto maqam Sidi Jalaluddin Arrumi RA.


Syekh Jalaluddin Arrumi telah kembali ke sisi "Arrafiq Al-A'la" pada tanggal 5 Jumadil-Akhir 672 H yang bertepatan dengan tanggal 17 Desember 1273 M. dan umur beliau saat itu sekitar 70 tahun.

Terdapat sebuah tulisan tangan Syekh Jalaluddin Arrumi RA. di maqam beliau yang ditujukan kepada para pengunjung, tulisan tersebut berbunyi sebagai berikut:

يا من تبحث عن مرقدنا بعد شدِّ الرحال
قبرنا يا هذا في صدور العارفين من الرجال

semoga Allah merahmati beliau, amin.

Saturday, June 16, 2007

* Membayangkan Wajah Guru Ketika Berzikir

Melihat Ka’bah itu adalah ibadah sebagaimana ditegaskan oleh Atha’ dan Mujahid bahkan dianjurkan sebagaimana ditegaskan oleh al-Iz bin Abdussalam, dan membayangkan Ka’bah itu adalah perkara yang terpuji… maka perlu diketahui juga bahwa kehormatan wali itu lebih tinggi daripada kehormatan Ka’bah itu sendiri sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Sayyiduna Abdullah bin Umar RA ia berkata, “aku melihat Rasulullah SAW bertawaf mengelilingi ka’bah, dan beliaupun bersabda: betapa mulianya engkau wahai Ka’bah dan betapa mulianya kehormatanmu… dan sesungguhnya demi Allah, kehormatan “Mu’min” (orang yang beriman/wali mursyid) itu lebih mulia di sisi Allah SWT dari pada engkau… berdasarkan hadis ini, maka bisa kita katakan bahwa wajah seorang wali-mursyid itu lebih utama untuk kita pandang dan bayangkan…


Saya pernah membaca dalam Majalah “Cahaya Sufi”, Edisi September 2005, ada sebuah pertanyaan dari yuhal_lefly@yahoo.co.uk yang berbunyi, “Benarkah kita kalau mau berzikir harus merabithah (membayangkan wajah) dengan mursyid. Saya bingung karena saya tidak bisa bertanya langsung kepada Mursyid saya sendiri. Apakah memang demikian?

Pertanyaan tersebut dijawab oleh saudara M. Lukman Hakim, “Soal Robithoh menurut kami tidak perlu membayangkan wajah sang guru. Karena sang guru juga makhluk Allah. Jadi langsung hanya Allah yang terpandang… Dikhawatirkan ketika kita membayangkan wajah makhluk, lalu Allah mengambil nyawa kita ketika itu, apakah mati kita husnul-Khotimah atau suul-khotimah, renungkan sendiri….

Setau saya, seorang murid itu kalau menghadapi suatu masalah, hendaknya ia konsultasikan dengan mursyidnya. Kalau tidak bisa, dengan ikhwan seperguruannya yang lebih lama bersuluk. Kalau tidak ada yang mampu menyelesaikan masalahnya barulah ia boleh berkonsultasi dengan mursyid lain yang beda Thariqat….

Sebenarnya keadaan menghadirkan wajah seorang wali (yang benar-benar wali) itu bukan hal yang baru, karena sudah biasa dilakukan oleh para sufi... Para Nahdliyyin (warga Nahdlatul-Wathan) misalnya ketika sedang mengamalkan suatu Ilmu Hikmat, menghidupkan Ilmu Benteng, Riadhah dll. kegiatan itu akan lebih sempurna bila dihadirkan wajah Syekh M. Zainuddin Abdul-Majid (pendiri NW)... kita juga sebagai orang yang bertarekatkan Dasuqiyyah Muhammadiyyah Menghadirkan wajah Maulanasyyekh Mukhtar Ali Muhammad Addasuqi RA ketika melakukan Muraqabah, Hadhrah dan lain-lain... dan hal ini sebenarnya tidak melanggar syari’at islam.

Doctor Abdul-Halim Mahmud dalam kitab al-Madrasah Assyaziliyyah al-Haditsah berkata: "di antara adab berzikir adalah duduk sebagaimana ia duduk Tasyahhud dalam keadaan berwudu dan menghadap kiblat dengan mata terpejam, dan membayangkan wajah mursyidnya, dan berkeyakinan bahwa berkah atau bantuan yang diperoleh dari mursyidnya itu sesungguhnya berasal dari Rasulullah SAW."

Hasan Al-Banna pun sebagai pendiri gerakan Ikhwan al-Muslimin menyebutkan dalam kitabnya Al-Ma’tsurat ketika berbicara tentang Wirid Rabithah, sebelum membaca doa yang sudah ditentukan, beliau berkata:

...ثم يستحضر صورة من يعرف من إخوانه في ذهنه ويستشعر الصلة الروحية بينه وبين من لم يعرفه منهم...

Perlu diketahui bahwa ucapan yang sama dan doa yang senada terdapat pula dalam buku wirid Thariqat Hizib NW karangan Syekh M. Zainuddin Abdul-Majid Halaman 12. Oleh karena itu tidak aneh bila Hasan al-Banna dianggap sebagai seseorang yang asalnya sufi atau metode yang digunakannya banyak diambil dari ajaran sufi sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab: (Al-Ikhwan Al-Muslimun.. Kapan.. Bagaimana dan kenapa..?) edisi no:14 yang diterbitkan oleh Thariqat al-Azmiyyah.


Hal menghadirkan wajah seorang Wali-Mursid itu dalam istilah Thariqat Naqsyabandiyyah disebut dengan “Rabithah”, dan dalam Thariqot Dasuqiyyah Muhammadiyyah disebut dengan istilah “Muraqabah”. Dan bukan saatnya membicarakan mengenai cara, faedah dan kelebihan melakukan Muraqabah tersebut secara terperinci.

Oleh karena masih banyak yang mengingkari istilah Robithoh atau Muraqobah, maka dari itu kami mencoba mengumpulkan beberapa dalil dibolehkannya menghadirkan wajah seorang Wali-Mursyid itu sebagai berikut:

1) Imam al-Manawi dalam karangannya Kunuz al-Haqa’iq menukil sebuah hadits yang ditakhrij oleh Atthabrani dan al-Hakim, Rasulullah SAW bersabda: “Melihatku adalah Ibadah”.

2) Al-Bazzar mentakhrij sebuah Hadits yang Marfu’ dari Sayyiduna Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW juga pernah menceritakan keadaan para wali itu bahwa mereka jika dilihat, maka yang melihat itu akan berzikir…

3) Dan hadits yang ditakhrij oleh Ibnu Asakir Nabi SAW bersabda: “memandang wajah Ali itu adalah Ibadah”

4) Dan hadits yang ditakhrij oleh Addailami Nabi SAW bersabda: “menghadiri majlis seorang Alim itu ibadah”

5) Dan hadits yang ditakhrij pula oleh Addailami Nabi SAW bersabda: mengingat para Shalihin itu dapat menghapus dosa”

6) Imam Bukhari meriwayatkan dari Sayyiduna Ibnu Umar RA dari Sayyiduna Abu Bakr Asshiddiq RA ia berkata: “perhatikanlah Rasulullah SAW melalui Ahlulbait”

7) Atturmudzi meriwayatkan bahwa Sayyiduna Umar RA pernah suatu hari memandangi Ka’bah dan berkata: “betapa mulianya kehormatanmu wahai Ka’bah, dan sesungguhnya betapa lebih mulianya kehormatan seorang Mu’min itu di sisi Allah daripada kehormatanmu…”

8) Dalam kitab Attafsir Al-Kabir Jilid pertama karangan Imam Fakhr Arrazi diriwayatkan bahwa sesungguhnya ada seorang A’rabi pernah menemui Sayyiduna Al-Husain RA, kemudian ia menyalami beliau dan meminta tolong seraya berkata: aku pernah mendengar dari kakekmu SAW bersabda, “ jika engkau hendak ingin menyelesaikan suatu masalah, maka minta tolonglah pada salah satu dari empat… 1-Orang Arab yang Syarif. 2-Maula yang pemurah. 3-Pembawa Qur’an. 4-pemilik wajah yang Shabieh/cerah.”

Lalu A’rabi itu berkata kepada Sayyiduna Al-Husain RA: bangsa Arab telah mendeapatkan kemuliaan karena Kakekmu SAW. Sedangkan mengenai kemurahan itu terdapat dalam sejarah kalian. Sedangkan mengenai Qur’an itu turunya pada rumah kalian. Sedangkan mengenai wajah yang cerah itu, aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “jika kamu hendak melihatku, maka lihatlah Al-Hasan RA dan Al-Husain RA.”

9) Dalam Kitab Kunuz Al-Haqa’iq, Addailami dan Al-Manawi mentakhrij sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: “seorang syekh dalam keluarganya bagai seorang nabi dalam ummatnya”.

10) Diriwayatkan ketika Rasulullah s.a.w. bertanya kepada Sayyiduna Abu Bakr tentang apa yang paling ia cintai”… beliau menjawab: “memandangmu, menafkahkan hartaku padamu dan duduk bersama-sama denganmu”.

Wallahu A’lamu Bisshawab…

___________________

Baca juga di blog sederhana kami tentang:

Ucapan Shadaqallahul-Azhim Tidak Bid'ah

Dibodoh-bodohi oleh Kebodohan Wahabi

Allahu A'lamu Bisshawab


Sunday, June 10, 2007

* Congratulation To Tarekat Dasuqiyyah Muhammadiyyah

Dalam Majalah Tasawuf Islami edisi 340 tahun ke-29 Rabi’ Tsani 1428 H. / April 2007 M. halaman 44 dikabarkan bahwa, “Berdasarkan sidang Majlis Sufi Tertinggi Republik Arab Mesir pada tanggal 5 Rabi’ul-Awal 1428 H. bertepatan dengan 24 Maret 2007, menetapkan Thariqah Dusuqiyah Muhammadiyah sebagai tarekat sufi yang sah berdasarkan undang-undang nomor 118 tahun 1976 tentang keabsahan legalisasi tarekat sufi, serta memberikan mandat kepada yang mulia Syekh Mukhtar Ali Muhammad Ahmad sebagai satu-satunya syekh tarekat tersebut atas kesepakatan para anggota majlis.

Pada hari Sabtu 5 Mei 2007 telah diselenggarakan sebuah Muktamar Sufi dengan Tema “Al-Washathiyyah Fil-Islam” sekaligus merayakan peresmian “Tarekat Dasuqiyyah Muhammadiyyah” serta diakuinya Syekh Mukhtar Ali Muhammad Ahmad sebagai syekh tarekat tersebut. Acara tersebut berlangsung di markaz utama tarekat terebut, yaitu Mazari’ul-Kiram propinsi Buhairah Mesir…



Berikut ini nama-nama dosen serta para masyaikh tarekat-tarekat muktabarah di mesir yang membanjiri acara tersebut:

  1. Syekh Hasan Assyennawi: Ketua Majlis Sufi Tertinggi Mesir dan salah seorang ulama’ Azhar serta Syekh Tarekat Syennawiyah.
  2. DR. Ahmad Umar Hasyim: Mantan rektor al-Azhar dan anggota DPR Mesir.
  3. DR. Ahmad Abdurrahim Assayeh: Dosen Aqidah Falsafah dan Perbandingan Agama di Universitas Azhar
  4. DR. Muhammad Abu Laelah: Dosen Dirasat Islamiyah Universitas al-Azhar.
  5. Syekh Mahmud Asyur: Mantan wakil Azhar.
  6. DR. M. Fu’ad Syakir: Dosen Universitas Ain Syams
  7. Syekh Ied Saudi: Wakil Wizarah Awqaf.
  8. Syekh Husen Khidhr: Wakil pertama Wizarah Awqaf.
  9. Syekh Ahmad Kamil Yasin: Syekh Tarekat Rifa’iyyah
  10. Syekh M. Aladin Madhi Abul-Azaim: Syekh Tarekat Azmiyyah
  11. Muhsin Fahmi: Pemimpin Redaksi Majalah Tasawuf Islami
  12. DR. M.Ishamuddin M.Zaki Ibrahim: Syekh Tarekat Muhammadiyyah Syaziliyyah
  13. Ir. Isa Abdurrahim Al-Jauhari: Syekh Tarekat Jauhariyyah Syaziliyyah
  14. Syekh Ibrahim Salamah Arradhi: Syekh Tarekat Hamidiyyah Syaziliyyah
  15. Syekh M.Abdussalam: Syekh Tarekat Assalamiyyah Assyaziliyyah
  16. Syekh Mushtafa M.Asshafi: Syekh Tarekat Hasyimiyyah Madaniyyah Syaziliyyah
  17. Syekh Samir M.Ahmad Hasan: Syekh Tarekat Fasiyyah Syaziliyyah
  18. Syekh M.Mahmud Abul-Faidh: Syekh Tarekat Faidhiyyah Syaziliyyah
  19. Ir. Abdul-Khaliq Assyabrawi: Syekh Tarekat Syabrawiyyah Khalwatiyyah
  20. DR. Sulaiman Sami Mahmud: Syekh Tarekat Muhammadiyyah Khalwatiyyah
  21. Syekh Abdurrahim Al-Azzazi: Syekh Tarekat Azzaziyyah
  22. Syekh Malik M.Alwan: Syekh Tarekat Alwaniyyah Khalwatiyyah
  23. Syekh Mas’ud Abdussalam Hijazi: Syekh Tarekat Qadiriyyah
  24. Syekh Salim Al-Jazuli: Syekh Tarekat Jazuliyyah
  25. Syekh Ahmad M.Hafiz Attijani: Syekh Tarekat Tijaniyyah
  26. Syekh M.Assyu’aibi: Syekh Tarekat Syu’aibiyyah Badawiyyah
  27. Syekh M. Mahmud Abu Khalil: Syekh Tarekat Khaliliyyah
  28. DR. Hasan M. Al-Muslimi: Syekh Tarekat Muslimiyyah
  29. Syekh Nidhal Al-Magazi: Syekh Tarekat Magaziyyah
  30. Syekh Ahmad Ibrahim Attasqiyani: Syekh Tarekat Tasqiyaniyyah Badawiyyah
  31. Syekh M. Syamsuddin Al-Hawari: Syekh Tarekat Hawariyyah
  32. Syekh Abdul-Baqi Al-Habibi: Syekh Tarekat Habibiyyah
  33. Syekh Hani Sulaiman Al-Imbabi: Syekh Tarekat Imbabiyyah Ahmadiyyah
  34. Syekh Al-Husaini Abdullathif Abul-Hasan: Syekh Tarekat Jauhariyyah Ahmadiyyah
  35. Syekh Ibrahim M. Al-Magribi: Syekh Tarekat Mahmudiyyah Ahmadiyyah
  36. Syekh Ahmad Shabri Abdurrahman Al-Fargalli: Syekh Tarekat Fargalliyyah Ahmadiyyah
  37. Syekh Ahmad Afifi Assakit: Syekh Tarekat Hasyimiyyah Khalwatiyyah
  38. Syekh M. Mahmud Ahmad Hasyim: Syekh Tarekat Hasyimiyyah Khalwatiyyah
  39. Syekh Ahmad Ali Asshawi: Syekh Tarekat Shawiyyah Khalwatiyyah
  40. Syekh Auni Abu Imran Al-Qubaisi: Syekh Tarekat Qubaisiyyah Khalwatiyyah
  41. Syekh Ali Azzahabi Hamudah Al-Khudhari: Syekh Tarekat Sa’diyyah
  42. Syekh M. Abul-Majdi Assyahhawi: Syekh Tarekat Assyahhawiyyah
  43. Syekh M.Ali Asyur: Syekh Tarekat Burhamiyyah
  44. Syekh Abdul-Athi Nashif: Qari’ radio dan televisi Mesir.
  45. Dan lain-lain
Berikut ini kumpulan situs yang memberitakan Muktamar sufi tersebut:

http://aziznawadi.blogspot.com/2007/06/seminar-moderatisme-islam.html

http://www.elfagr.org/Elfagr_L_Details.aspx?NewsId=5496&section_related=1832

http://www.eltsawofelislamy.com/article9-1.html

http://www.alasheira.org/news.php?item.67.2

http://news-all.com/sys.php?name=sanc&file=topic&sid=14422

http://www.moheet.com/asp/show_g.asp?pg=1&lc=68&lol=1945934


Dan bagi siapa saja yang berada di Cairo-Egypt yang ingin menyaksikan rekaman video acara tersebut, hubungi saya di adelwees@yahoo.com