Friday, June 8, 2007

* Menyembunyikan Ilmu Tidak Selamanya Tercela

Pernah suatu hari, seorang kawan (satu organisasi yaitu Nahdlatul-Wathan) yang berinisial SM mendatangi rumahku untuk menumpang mandi. Sehabis mandi dan solat subuh, ia memintaku untuk menyampaikan sebagian dari ilmu-ilmu Maulanassyekh Mukhtar RA (Syekh Tarekat Dasuqiyyah Muhammadiyyah)…

Karena biasanya SM meremehkan ilmu-ilmu Maulanassyekh, dan di samping itu karena saya memang tidak memiliki keahlian dalam menyampaikan dengan gaya bahasa yang memuaskan, maka saya hanya berkata “sory, saya gak pandai, takut salah ngomong, minta saja sama adik kandung saya, si Aziz.!”.

Kemudian SM berkata, “gak boleh menyembunyikan ilmu, bukankah orang-orang yang menyembunyikan ilmu itu, mulutnya akan dikekang pada hari kiamat..?!”.

Maka saya menjawab: “lho… bukankah Syekh M.Zainuddin (sebagai pendiri Nahdlatul Wathan) tidak jarang ketika ditanyai suatu ilmu yang tinggi, beliau berkata “jangan bertanya, lakukan saja”..? nah, ketika beliau tidak menjawab pertanyaan itu, apakah itu menunjukkan bahwa beliau bodoh? Tentu anda tidak akan setuju! Apakah anda akan berkata ia menyembunyikan ilmu, dan orang-orang yang menyembunyikan ilmu itu mulutnya akan dikekang pada hari kiamat..?!”

Atthabrani dalam kitab al-Awsath mentakhrij sebuah hadits dari Sayyiduna Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “perumpamaan orang yang menuntut ilmu kemudian ia tidak menyampaikannya, seperti orang yang menyembunyikan harta dan tidak mengeluarkan nafkahnya”.

Maulanassyekh Mukhtar RA pernah berkata, ilmu itu seperti harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Zakat ilmu itu adalah mengeluarkannya, semuanya, akan tetapi kepada orang yang berhak untuk menerimanya.

Maulanassyekh Mukhtar RA. juga pernah berkata: “Katmul-Ilmi/menyembunyikan ilmu itu kadang-kadang terpuji dan kadang-kadang tercela… dan dalam hal ini beliau berkata:

ما كل من كتم الشهادة آثم......أو كل من وأد البريئة جاني

Syekh Mukhtar RA. juga berkata: “Katmul-Ilmi/Menyembyikan ilmu yang tidak tercela itu bisa juga diistilahkan dengan Kazhmul-Ilmi. Perbedaan Katmul-Ilmi dengan Kazhmul-Ilmi itu sama seperti perbedaan antara Katmul-Gaizhi dan Kazhmul-Gaizhi.

Allah SWT tidak berkata “Wal-Katiminal-Gaizh”. Akan tetapi Allah berfirman: “wal-Kazhiminal-Gaizh wal-Afina Aninnas…”. Kazhmul-Gaizh itu berarti menyembunyikan kemarahan kecuali kepada yang patut untuk dimarahi. Sedangkan Katmul-Gaizh berarti, menyembunyikan kemarahan, sekalipun kepada orang yang patut untuk dimarahi.

Begitu juga dengan menyembunyikan ilmu… apabila seseorang itu menyembunyikan ilmunya kecuali kepada orang-orang yang akalnya atau hatinya menerima, maka orang itu disebut Kazhimul-Ilma… apabila seseorang menyembunyikan ilmunya walaupun kepada orang yang wajib menerimanya, maka dalam keadaan ini orang itu dikatakan Katimul-Ilma. Oleh karena itu Rasulullah SAW. bersabda: “Man Katama Ilman, Aljamahullahu bi Lujamin Minannar”.

أقول قول شيخي هذا وأستغفر الله لي وللجميع...