Monday, March 3, 2008

* Memuji Nabi Dan Wali

Contoh Pujian Terhadap Rasulullah saw:

Dalam kitab al-Mawahib diriwayatkan bahwa di antara pujian Sayyiduna Hassan bin Tsabit ra. terhadap Rasulullah saw. adalah:

وضم الإله إسم النبي إلى إسمه...إذا قال في الخمس المؤذن أشهد

Tuhan telah menyatukan nama-Nya dengan nama nabi,

Di tiap lima waktu, Mu'azzin berkata aku bersaksi…

Beliau juga pernah berkata:

وأحسن منك لم تر قط عيني...وأجمل منك لم تلد النساء

خـُلِقـْتَ مُـبَرَّءاً مِن كل عـيـْب...كـأنـك خـُلِـقـْتَ كَـمَا تشاء

Sebaik dirimu belum pernah terlihat oleh mataku,,

Dan belum ada wanita yang melahirkan seindah dirimu…

Engkau tercipta bebas dari cacat dan kekurangan,

Seakan engkau tercipta seperti yang kau inginkan...

Contoh Pujian Terhadap Para Wali:

Sayyid M.Amin al-Kutbi al-Hasani guru di Madrasah al-Falah dan dosen di Kuliyah I’dad al-Mu’allimin Saudi Arabia pernah memuji Syekh M.Zainuddin Abdul-Majid pendiri Nahdlatul-Wathan Pancor. Selengkapnya Kelik Di Sini>>>

Syekh Yasin al-Fadani sebagai pimpinan madrasah Darul-Ulum Makkah mendapatkan pujian dari para ulama. Selengkapnya Kelik Di Sini>>>

Penulis juga pernah tercengang ketika Mawlanassyekh Mukhtar Ali M.Addusuqi ra. dipuja-puji oleh DR. Ahmad Umar Hasyim: Mantan rektor al-Azhar dan anggota DPR Mesir. DR. M. Fu’ad Syakir: Dosen Universitas Ain Syams. Syekh Husen Khidhr: Wakil pertama Wizarah Awqaf. Syekh Hasan Assyennawi: Ketua Majlis Sufi Tertinggi Mesir dan salah seorang ulama’ Azhar serta Syekh Tarekat Syennawiyah. Syekh Ahmad Kamil Yasin: Syekh Tarekat Rifa’iyyah. Syekh M. Aladin Madhi Abul-Azaim: Syekh Tarekat Azmiyyah. DR. M.Ishamuddin M.Zaki Ibrahim: Syekh Tarekat Muhammadiyyah Syaziliyyah. silahkan kelik di sini, atau kelik di sini atau kelik Di Sini>>>

Hukum Pujian Menurut Kaum Wahabi:

Para penganut faham M.Abdulwahhab yang mengaku diri salafi, menganggap pujian para sufi terhadap Rasulullah saw, adalah suatu perbuatan yang terlampau dan dapat membawa kepada dosa Syirik. Dalil yang mereka pakai adalah hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, dengan bunyi:


لاتطروني كما أطرت النصارى عيسى إبن مريم وإنما أنا عبده فقولوا عبد الله ورسوله


Menurut pemahaman sempit mereka, hadits ini artinya: "jangan engkau berlebihan memujiku sebagaimana para ummat keristen berlebihan memuji Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku adalah hamba Allah. Pujilah aku hanya dengan mengatakan: hamba Allah dan utusan-Nya."


Padahal menurut pemahaman yang benar, hadits itu maksudnya: "janganlah berlebihan memuji Rasulullah saw dengan mengatakan: (beliau adalah Tuhan atau anak Tuhan, atau orang yang ketiga dari tiga kesatuan) karena perkataan yang demikian itu adalah perkataan orang-orang keristen terhadap Sayyiduna Isa as. Karena setinggi apapun derajat Rasulullah saw, sesungguhnya beliau hanyalah seorang hamba Allah swt dan utusan-Nya.

Dalil lainnya yang dipakai oleh pengikut aliran keras untuk mengkafirkan para sufi karena memuji Rasulullah adalah hadits yang ditakhrij oleh Muslim dan Abu Daud yang bunyinya:

إذا رأيتم المداحين فأحثوا في وجوههم التراب

Yang artinya kira-kira: "jika kalian melihat orang-orang yang suka memuji, maka tumpahkanlah secedok tanah ke muka mereka."

Menurut pemahaman yang benar, yang dimaksud dengan المداحين dalam hadits tersebut adalah orang-orang yang suka memuji para pembuat kezaliman dan para bangsawan demi mendapatkan jabatan atau upah dari mereka. Kalau memuji orang yang berhak untuk dipuji, dengan tujuan Targib, tidaklah tercela. Buktinya ketika Rasulullah saw dipuji-puji oleh Sayyiduna Hassan bin Tsabit ra. Rasulullah saw tidak melemparkan tanah ke wajah beliau!.

Dalil Dibolehkannya Memuji Rasulullah saw.:

Berikut ini beberapa dalil dibolehkannya memuji Rasulullah:

Pertama: Dalam surat al-Qalam ayat 4 Allah berfirman وإنك لعلى خلق عظيم artinya: "sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung."

Maka tidak dianggap berlebihan orang yang memuji-muji Rasulullah, karena semua sifat terpuji yang dinisbatkan kepada Rasulullah saw masuk dalam sifat خلق عظيم "budi pekerti yang agung".

Dan tidak diterima tuduhan para wahabi yang menganggap bahwa para sufi memuji Rasulullah saw melebihi kadar beliau…karena tidak ada yang mengetahui kadar beliau kecuali Allah swt. dan Syekh Mukhtar Ali M.Addusuqi ra. menganggap bahwa semua manusia akan menjadi mulia jika dinisbatkan kepadanya suatu sifat yang terpuji, kecuali Rasulullah saw. segala sifat yang terpuji menjadi beruntung dan mulia jika dinisbatkan kepada beliau.

Syekh Ibnu al-Faridh ra berkata:

أرى كلَّ مدحٍ في النبي مُقَصِّرا...وإن بالغَ المُـثـْـنِي عليه وأكثرا

إذا الله أثـْنَى بالـــذي هُو أهـلـه...عليهِ فَمَا مِقدَارُ مَا تَمْدَحُ الوَرَى

Yang maksudnya kira-kira:

"aku melihat pujian terhadap Rasulullah saw tidak ada yang sempurna…

Walaupun pujian mereka dianggap sangat terlampau…

Jika Allah swt memuji beliau dengan pujian yang layak baginya…

maka tidak ada apa-apanya pujian selain Allah swt kepada beliau…"

Kedua: dalam surat Attaubah ayat 128, Allah swt berfirman: لقد جائكم رسول من أنفَسكم kata-kata أنفسكم ada dua bacaan: bacaan yang masyhur, huruf ف nya berbaris depan, artinya: "sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri." Sedangkan bacaan yang kedua, huruf ف nya berbaris atas, yaitu bacaan Sayyidah Fatimah Azzahra' ra., Sayyiduna Ali ra. dan beberapa sahabat, yang menurut Sayyiduna Ibnu Abbas, kata-kata أنفـَسكم berarti "yang paling mulia, paling tinggi dan paling baik." dan dijelaskan oleh Sayyiduna Ali ra. sebagai, "orang yang paling mulia/tinggi/baik leluhur dan nasab keturunannya."

Ketiga: Dalam kitab Asad al-Gabah, kitab Alla'ali'ul-Masnu'ah oleh Assayuthi dan kitab al-Bidayah Wannihayah oleh Ibnu Katsir diriwayatkan bahwa Sayyiduna al-Abbas ra sebagai paman Rasulullah saw pernah memuji Rasulullah saw dalam bentuk kasidah. Ketika itu beliau meminta izin untuk memuji Rasulullah saw, kemudian Rasulullah saw menjawab: "katakanlah, semoga Allah tidak mencelakai mulutmu." Kemudian Sayyiduna al-Abbas ra memuji beliau menggunakan kasidah yang antara lain berbunyi:

وأنت لما ولدت أشرقت الأر.....ض وضاءت بنورك الأفـــق

فنحن في ذلك الضياء وفي.......النور وسبل الرشاد نحترق

Keempat: al-Khathib, Abu Na'im, Addailami dan Ibnu Asakir meriwayatkan dari al-Bukhari bahwasanya Sayyidah A'isyah ra. berkata: pernah suatu hari aku sedang menjahit, sementara Rasulullah saw sedang يخصف نعله menambal sandal, sementara itu air keringat beliau mencucurkan cahaya, kemuadian aku بهت diam tercengang, Rasulullah saw bertanya مالك بهت Mengapa engkau tercengang? Aku menjawab, "dahimu berkeringat, dan keringatnya mencucurkan cahaya. Seandainya Abu Kabir al-Hazli melihatmu dalam keadaan demikian, ia akan berkata:

وإذا نظرت إلى أسرة وجهه...برقت بروق العارض المتهلل

Mendengar ucapan Sayyidah A'isyah ra. Rasulullah saw melepas apa yang ada di tangannya lalu mencium di antara kedua mataku dan bersabda: "semoga Allah memberimu balasan yang mulia, saya tidak pernah senang seperti senangnya aku mendengar ucapanmu."

Dalil Dibolehkannya Memuji Para Wali:

Berikut ini beberapa dalil dibolehkannya memuji para Wali:

Pertama: Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, dari Sayyiduna Abu Dzar ra. beliau berkata:

قيل يارسول الله أرأيت الرجل يعمل العمل من الخير فيحمده الناس عليه؟ قال ذلك عاجل بشرى المؤمن

ada yang bertanya kepada Rasulullah, "bagaimana menurutmu tentang seseorang yang berbuat baik, kemudian dipuji orang atas perbuatan baiknya?" Rasulullah saw bersabda: "itu adalah kabar gembira yang…..seorang mu'min"

Kedua: Bukhari mentakhrij sebuah hadits dari Sayyiduna Ibnu Abbas ra. bercerita bahwa Rasulullah saw sebelum wafat, beliau duduk di atas mimbar dan memuji Sayyiduna Abu Bakr ra. kemudian Sayyiduna Hassan di hadapan Rasulullah saw memuji Sayyiduna Abu Bakr ra dengan syiir karangannya, yang di antaranya berbunyi:

إذا تذكرت شجواً من أخي ثقة...فـاذكـر أخـاك أبـابـكرٍبـمـا فعلا

التالي الثاني المحمود شـيـمـته...وأول الناس طُرًّا صدق الرسلا

Kemudian Rasulullah saw. Berkata صدقت ياحسان sungguh benar apa yang engkau ucapkan wahai Hassan…

Ketiga: dalam hadits yang diriwayatkan oleh Assya'bi, dijelaskan bahwa Sayyiduna Ka'b bin Zuhair bin Abi Salamah ra. pernah memuji Rasulullah saw dalam bentuk syiir, di antaranya berbunyi:

فقد أتيت رسول الله معتذرا...والعفو عند رسول الله مقبول

Kemudian Rasulullah saw meminta kepada beliau untuk memuji kaum Anshar. Maka beliau melantunkan syiir, di antaranya berbunyi sebagai berikut:

من سره كرم الحياة فلايزل...في مقنب من صالحي الأنصار


Wallahu Ta'ala A'lamu Bisshawab...
_______________________
baca juga di blog kami tentang:
Tashawwuf Menurut Beberapa Ulama yang Masyhur
Kata-kata Radhiyallahu Anhu (ra) Untuk Siapa?
Pernah Ngeliat Onta Ngelahirin Gak?

Saturday, March 1, 2008

* Sifat Rambut Rasulullah saw

Selama penulis menuntut ilmu di Negeri Sudan, seringkali penulis ditegur dan diperingati oleh beberapa mahasiswa baik yang dari Indonesia maupun dari Negara-negara lainnya, agar penulis mencukur rambut yang menurut mereka menyerupai wanita karena panjangnya hampir mencapai pundak.

Tidak diragukan lagi bahwa sudah banyak yang mengetahui Sunnah Rasulullah saw seperti memelihara jenggot, makan menggunakan tiga jari, menjaga kebersihan gigi menggunakan siwak, memakai jubah/celana yang batasnya adalah betis (antara lutut dan mata kaki) dan lain-lain… tetapi masih saja, lebih banyak orang yang tidak mengetahui hadits-hadits tentang rambut beliau, yang mana, hal demikian membuat mereka mudah mengejek, meremehkan dan bersu'uzzon terhadap lelaki yang berambut panjang.

Perlu diketahui bahwa penulis sudah berani memanjangkan rambut sampai antara telinga dan pundak, sejak masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyyah Mu'allimin NW Pancor. Sejak penulis melihat foto Syekh M.Zainuddin Abdul-Majid (pendiri organisasi Nahdlatul Wathan) yang memakai topi putih dan berambut panjang mencapai pundak, yang mana foto beliau diambil di masa akhir hayat. Dan kini penulis mencoba untuk mengumpulkan beberapa hadits yang menjelaskan sifat rambut Rasulullah saw. di antaranya sebagai berikut:

Pertama: dalam shahih Bukhari dan Muslim, Sayyiduna Anas bin Malik ra menceritakan tentang sifat jasmani Rasulullah saw. Bahwa beliau bersifat ربعة sedang tingginya, tidak panjang dan tidak pula pendek, tidak أمهق terlalu putih dan tidak آدم terlalu hitam. Rambut beliau tidak جعد sangat keriting dan tidak pula سبط sangat lurus. رجل berombak-ombak (antara lurus dan keriting)

Kedua: dalam shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Sayyiduna al-Barra' bin 'Azib ra bahwa panjang rambutnya Rasulullah saw mencapai شحمة أذنه cuping telinga (tampat anting-anting).

Ketiga: Dalam shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Sayyiduna Qatadah ra pernah bertanya kepada Sayyiduna Anas bin Malik ra mengenai sifat rambut Rasulullah saw. Maka dijawabnya dengan mengatakan بين أذنيه وعاتقه batas panjang rambutnya adalah antara telinga dengan bahu. Dan dalam riwayat lain: كان يضرب شعره منكبيه rambut beliau menyentuh kedua pundak.

Keempat: Dalam sahih Bukhari diriwayatkan bahwa Sayyiduna Utsman bin Abdullah bin Mauhib ra berkata: "aku pernah menemui Ummu Salamah. Kemudian Ummu Salamah memperlihatkan kepada kami rambut Rasulullah saw مخضوبا yang telah dikasi cat warna." Dalam riwayat Ahmad ditambahkan: "dicat dengan حناء daun pacar (inai) dan كتم nama tumbuhan yang jika dicampur dengan daun pacar, akan membuat warna rambut menjadi antara hitam dan merah.

Kelima: Imam Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim menyimpulkan dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Sayyiduna Ibnu Abbas ra. bahwasanya السدل membiarkan rambut menutupi dahi dan الفرق membagi rambut ke arah kiri dan kanan dari tengah, sama-sama dibolehkan, akan tetapi الفرق lebih baik.

Keenam: Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Sayyiduna Ibnu Umar ra ia berkata: aku pernah melihat Rasulullah saw يهل bertalbiyah dengan suara keras, sementara itu rambut beliau dalam keadaan ملبِّدا kempal menggunakan semacam lem/getah (hair spray untuk mengumpulkan rambut), agar tidak bertebaran ditiup angin dan tidak mudah dikotori debu.

Ketujuh: Attirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah meriwayatkan sebuah hadits dari Ummu Hani' ia berkata: "Rasulullah saw pernah musafir/mengadakan perjalanan menuju kota Makkah, sementara itu beliau membagi rambutnya menjadi empat غديرة yaitu jalinan/pintalan rambut (seperti jalinan/pintalan rambut perempuan)." Dan tentu rambut tidak mudah untuk dipintal kecuali kalau sudah panjang.!

Kedelapan: Imam Nawawi mengatakan: "Rasulullah saw tidak pernah gundul kecuali pada عام الحديبة kemudian pada عام عمرة القضاء kemudian عام حجة الوداع

Kesembilan: Ahmad dan Atturmudzi meriwayatkan sebuah hadits yang dianggapnya Hasan Shahih, dari Sayyiduna Ali bin Abi Thalib ra. beliau berkata: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم كثير شعر الرأس راجله Yang artinya kira-kira, "Rambut Rasulullah saw itu banyak (lebat) dan panjang."

Kesepuluh: Imam Sayuthi dalam kitab Zahr al-Khama'il menukil ucapan al-Iraqi bahwa bentuk rambut Rasulullah saw ada tiga macam: yang pertama adalah الوفرة yang berarti mencapai cuping telinga, yang kedua adalah اللمة yaitu melebihi kuping dan yang ketiga adalah الجمة yaitu mencapai kedua pundak.

Sebagai akhir kata, penulis ingin mengingatkan bahwa seindah apapun rambut atau janggut kita, tidak akan pernah menyamai keindahan rambut dan janggutnya Rasulullah saw… Maka janganlah kita saling meremehkan lantaran hal panjang atau pendeknya rambut, karena hal demikian bukanlah suatu ukuran ridho atau murkanya Allah swt. Sesungguhnya Ia tidak memperhatikan bentuk dan tampang zahir kita, yang Ia perhatikan adalah hati dan amalan kita… semoga ada manfaatnya, Wallahu A'lamu Bisshawab…
____________________________
Baca di blog sederhana kami tentang:
Menyembunyikan Ilmu Tak Selamanya Tercela
Foto-foto Langka Musim Haji
Sekilas Tentang Sayyidi Abul-Hasan Assyazili