Tuesday, June 19, 2007

* kata-kata "Radhiyallahu Anhu" Untuk Siapa?!


Saya masih teringat ajaran guru saya di Madrasah Syua'ul Ma'rifah Makkah bahwa kata-kata RA (Radhiyallahu Anhu) itu adalah gelar yang hanya diucapkan untuk para sahabat saja, dan SAW (Shallallahu Alaihi Wasallam) hanya untuk Sayyiduna Muhammad SAW, dan AS (Alaihis-Salam) hanya untuk para Nabi sebelum Rasulullah SAW. Sementara untuk para ulama, cukup bagi mereka ucapan "Hafizahullah" atau "Rahimahullah".

Perlu diketahui bahwa saya dan mungkin beberapa pembaca pernah menyaksikan rekaman video Doctor Ali Jum’ah (yang kini menjabat sebagai Mufti Mesir) setelah mensyarah kitab Al-Hikam karangan Syekh Ahmad Ibnu Atha’illah Assakandari RA di masjid al-Azhar, beliau ditanya beberapa pertanyaan… di antara pertanyaan-pertanyaan itu adalah: "mengapa beliau (Doctor Ali Jum’ah) mengucap Radhiallahu Anhu kepada Sidi Ibnu Atha’illah Assakandari RA…?".

Ketika itu Doctor Ali Jum’ah menjawab: “itu karena beliau telah berjasa mengajarkan kita melalui karangannya, yaitu kitab Al-Hikam… maka untuk memberikan haknya (membalas jasanya), haruslah kita mendoakan beliau semoga Allah meridhoi beliau”…

Pertanyaan yang serupa pernah juga ditujukan kepada Maulanassyekh Mukhtar RA. beliau memberikan jawaban yang singkat dan padat, yaitu: bukankah Allah SWT telah berfirman:

(رضي الله عنهم ورضواعنه ذلك لمن خشي ربه)

"Allah telah meridhoi mereka dan merekapun redha atas ketentuan Allah, hal yang demikian itu hanya untuk orang yang Khasyiah (takut) kepada Tuhannya…!"

Ketahuilah bahwa yang dimaksud dengan rasa takut dalam ayat tersebut bukanlah takut yang dialami oleh orang-orang awam. Buktinya, Allah berfirman:

(إنما يخشى الله من عباده العلماء)

"Sesungguhya yang paling takut kepada Allah di antara para hamba-Nya hanyalah para ‘ulama..."

Selain para sahabat, boleh juga kita mengucap رضي الله عنه kepada para ulama, dan sesungguhnya kita mengucap kata-kata Radhiallahu Anhu kepada para sahabat bukan saja karena setatus mereka sebagai sahabat, akan tetapi juga kerena mereka adalah ulama. Tentu ulama yang dimaksudkan itu bukanlah ulama dari tampang zahirnya saja, akan tetapi yang memenuhi empat keriteria seorang Alim sesungguhnya (Wali-Mursyid)…

Semoga dengan dua jawaban di atas tadi, hati kita tenang dalam merngucap kata-kata Radhiallahu Anhu kepada para sahabat dan para wali (yang benar-benar wali), demi mendapat pahala Husnul-Adab terhadap mereka, amin.

Tapi… timbul lagi satu pertanyaan lainnya, yaitu, “apa aja sich empat keriteria yang jika dipenuhi oleh seseorang maka ia mendapat gelar Wali Mursyid…?!”

TO BE CONTINUED

أقول قول شيخي هذا وأستغفر الله لي وللجميع