Sayyiduna Ali RA menjawab, “awalnya aku menyangka bahwa besi itu adalah tentara Allah yang terkuat, setelah aku ketahui bahwa api itu dapat melelehkan besi, maka api adalah tentara Allah yang terkuat…
tapi karena api itu bisa dipadamkan oleh air, maka air adalah tentara Allah yang terkuat…
namun karena air itu dibawa dan dibendung oleh awan, aku yakin bahwa awan adalah tentara Allah yang terkuat…
kemudian karena awan itu ditiup oleh angin, maka angin adalah tentara Allah yang terkuat…
lalu aku lihat gunung-gunung itu tidak dipengaruhi angin, maka gunung adalah tentara Allah yang terkuat…
tetapi manusia bisa berdiri di atas gunung bahkan bisa mengukir dan membentuknya, maka manusia adalah tentara Allah yang terkuat…
akan tetapi karena manusia dikalahkan oleh tidur, maka tidur adalah tentara Allah yang terkuat…
kemudian aku temukan kesusahan dan keresahan itu menghilangkan tidur, maka kesusahan dan keresahan adalah tentara Allah yang terkuat…
kemudian aku temukan bahwa kesusahan dan keresahan itu letaknya di hati, maka hati adalah tentara Allah yang terkuat…
kemudian aku temukan hati ini tidak akan tenang kecuali dengan Zikrullah, maka aku yakini bahwa sekuat-kuat tentara Allah adalah Zikrullah...”