Syekh
Abdunnasir Abdussamad al-Ma'dani lahir tahun 1965 di Kerala india. Beliau adalah seorang
tokoh politik, pemimpin organisasi dan universitas "Anwarul-Islam" di Kerala-India. Beliau dikenal sebagai mujahid, bahkan sebagai
pemimpin ummat Islam di India. Beliau memiliki dua anak laki-laki, Solahuddin al-Ayyubi dan Umar Mukhtar. Pada tahun 1992 setelah berhasil mengislamkan orang-orang hindu, para penganut agama hindu membunuh beberapa tokoh agama islam di India seperti Syekh Alawi Mawlawi, dan membakar beberapa masjid seperti masjid "Babri." Syekh Abdunnasirpun hendak dibunuh
menggunakan bom, namun beliau selamat, walaupun beliau harus kehilangan kaki sebelah kanan.
.
Pada tahun 1998 beliau dipenjara karena dituduh terkait dengan pengeboman yang menelan korban 60 jiwa. Dan pada bulan Agustus 2007 ia dikeluarkan dari penjara karena dinyatakan tidak bersalah dan bebas dari segala tuduhan. Pemerintah siap mengganti rugi dengan memenuhi apa saja yang beliau inginkan, beliau hanya meminta agar pemerintah siap menanggung biaya haji untuk beliau sekeluarga. Dan dinyatakan dalam sebuah
berita bahwa pemikiran beliau lebih sensible setelah keluar dari penjara...
.
Pada hari ia dibebaskan dari penjara, para pejabat dan tokoh-tokoh agama menyambut dan mengundang beliau, namun beliau lebih memilih untuk ke Madinatul-Kiram, tempat kediaman Syekh M.Al-Faidhi (Mursyid
Tarekat Dusuqiyah Muhammadiyah cabang India).
.
Pada hari selasa 20/5/08 beliau dan Syekh M.Faidhi beserta dua orang pengawal sampai di Mesir, para pejabat dari kedutaan India-Mesir menyambut beliau, tetapi beliau lebih memilih untuk ke Mazra'atul-Kiram, tempat kediaman Mawlanassyekh Mukhtar Ali Muhammad Addusuqi ra. (Syekh Tarekat Dusuqiyyah Muhammadiyyah).
.
Pada malam Jumat 22/5/08 beliau menyatakan di antara pengalaman spiritual yang telah dialaminya adalah: selama 5 tahun di penjara yang sempit dan gelap, ia dilarang untuk dikunjungi oleh keluarga dan kerabat. Yang ia lakukan hanyalah beristigfar dan berselawat atas Nabi saw. entah bagaimana dan darimana, ia menemukan sebuah HP yang tidak terlihat oleh penjaga. HP itu digunakan untuk menelfon Syekh M.al-Faidhi lebih dari dua jam hampir setiap malam untuk mengenal sosok Syekh Mukhtar Ali M.Addusuqi ra. Setelah ia dibai'at oleh Syekh M.al-Faidhi, penjara terasa luas dan terang, keluarga diizinkan untuk menjenguk, kehidupannyapun jadi berubah total. (demikian sebagian dari apa yang telah beliau utarakan).
.
Pada hari Sabtu 24/5/08 Syekh Abdunnasir al-Ma'dani, Syekh M.Al-Faidhi beserta dua pengawal, ditemani oleh Syekh Shafwat al-Qadhi dan saya mengunjungi perpustakaan terbesar di Alexandria, kemudian menziarahi Makam
Imam al-Bushairi ra. (pengarang al-Burdah) dan Makam
Sidi Abu al-Abbas al-Mursi ra. (murid Syekh Abul-Hasan Assyazili ra), kemudian mengunjungi makam
Sidi Ibrahim Addusuqi ra. (pendiri tarekat Dusuqiyyah).
.
Ketika kami menziarahi Makam Sidi Ahmad al-Badawi ra. (pendiri tarekat Badawiyyah). kami menyaksikan beberapa peninggalan Sidi Ahmad al-Bdawi ra. seperti jubah berwarna merah, serban serta tasbeh beliau yang jumlah hitungannya seribu biji dan terbuat dari kayu koka, abanus, cendana, zaitun dan lain-lain. kami juga menyaksikan sehelai rambut Rasulullah saw.
.
Selama perjalanan terjadilah dialog dan tanya jawab mengenai agama antara supir yang pernah manjadi polisi, dengan Syekh Safwat al-Qadhi. Si supir tercengang setelah mendengarkan ilmu-ilmu Mawlanassyekh Mukhtar Ali M.Addusuqi ra. lebih-lebih setelah mengetahui bahwa Syekh Shafwat adalah seorang Major General, Syekh Abdunnasir adalah seorang ketua partai dan tokoh terpandang di India, Syekh M.al-Faidhi adalah seorang Professor dan rektor sebuah Universitas di Kerala-India, dan saya adalah mahasiswa yang sedang menjalani program s2 di Sudan. Namun walaupun demikian, pada akhirnya kami semua adalah murid Syekh Mukhtar ra.
.
Syekh Abdunnasir berkata kepada supir, "saya jauh-jauh datang ke Mesir dalam keadaan cacat, hanya untuk menuntut ilmu dan mengunjungi Mawlanassyekh Mukhtar Ali-M.Addusuqi ra., mengapa engkau yang beruntung menjadi orang Mesir tidak mau menjadi saudara kami, sama-sama belajar dengan beliau?" akhirnya supir itupun meminta untuk dibai'at oleh Syekh Abdunnasir…
.
Ketika kami sedang berada di "Um Muhammad" restaurant sederhana, sambil menunggu pesanan untuk makan siang, saya ditanya oleh Syekh Abdunnasir, "Mengapa memelihara rambut?" saya menjawab, "Rasulullah saw tidak hanya memelihara Janggut, tetapi juga rambut. Anda hanya memelihara janggut karena anda tidak memiliki rambut (botak), sementara saya hanya memelihara rambut karena tidak memiliki janggut. Namun seindah apapun janggut anda dan rambut saya, itu tidak akan menyamai keindahan rambut dan janggut Rasulullah saw." Syekh M.Al-Faidhi tertawa terbahak-bahak dan mencium pipi saya. Kemdian saya menambahkan, "dalam hadits yang sohih dinyatakan bahwa rambut Rasulullah saw macam-macam bentuknya, pernah gundul, pernah pendek, pernah mencapai cuping telinga, pernah melebihi cuping telinga dan pernah mencapai kedua pundak. Bahkan rambut beliau pernah dibagi menjadi empat pintalan/jalinan, sementara rambut yang pendek tidak akan bisa dipintal."
.
Pada hari senin 26/5/08 setelah Syekh Mukhtar ra. memberi pengajian khusus, beliau meminta agar Syekh Abdunnasir al-Ma'dani menyampaikan kesan dan pesannya serta ucapan selamat tinggal. Syekh Abdunnasir dalam keadaan gugup berkata, "saya sudah biasa berbicara di hadapan para tokoh, pejabat dan jutaan orang, tetapi kalau di hadapan Syekh Mukhtar ra. saya tidak bisa berkata apa-apa, karena sebanyak apapun ilmu yang telah saya peroleh dari kitab-kitab, tidak akan menyamai sedikitpun ilmu yang telah saya peroleh dari Syekh Mukhtar ra... Sebelum sampai ke Mesir, saya sudah menyiapkan lima pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh ulama India, semua dijawab secara memuaskan oleh Syekh Mukhtar ra. itupun sebelum saya ungkapkan pertanyaan-pertanyaan itu... Saya masih ingat ucapan guru-guru saya bahwa seorang wali-mursyid itu sangat langka "Kaddurratil-Yatimah," dan saya yakin hanya Syekh Mukhtar-lah orangnya... Saya berharap sekeluarga bisa kemari berkali-kali, saya berjanji akan menjadi murid yang setia untuk selama-lamanya dan saya siap mempertaruhkan nyawa saya demi Mawlanassyekh Mukhtar ra..." demikianlah sebagian dari apa yang telah beliau utarakan malam itu.
.
Pada hari selasa 27/5/08 pagi, Syekh Abdunnasir beserta rombongan pamitan dan meminta doa' restu dari sang maha guru, kemudian ke Kairo untuk menziarahi makam Sayyiduna al-Husain ra. (Cucu Rasulullah saw) dan menemui duta besar India kemudian pulang ke tanah air…
.
Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang beliau?
silahkan klik di sini >>>.